Kamis, 06 Juni 2013

Tentang Target

Target itu menjadi titik fokus hidupnya. Ia berdoa untuknya, Ia bekerja keras untuknya, Ia belajar untuknya. Bahkan Ia tidur dengan mimpi-mimpinya

Setelah satu tahun kuliah di ITB - as you all already know I was accepted by ITB one year ago - sekarang saya bukan lagi anak TPB, sekarang udah mau jadi anak jurusan - sekarang udah makin tua - akhirnya masa masa TPB setahun itu bisa dilalui dengan penuh warna, syukurnya TPB ini bisa ditutup dengan manis, walaupun enggak manis-manis banget. Banyak hal yang saya dapat, malah saya merasa lebih banyak hal yang bukan materi pelajaran yang saya dapatkan, saya belajar bersyukur ketika dapat nilai bagus, belajar menerima ketika nilai saya jelek, belajar berjuang di masa-masa UTS, belajar mengenal banyak karakter orang, belajar banyak bahasa daerah dari teman-teman di kampus, belajar organisasi dari kepanitiaan, masih banyak lagi sebenarnya, intinya saya enggak pernah nyesel kuliah di ITB walaupun menjalani penuh luka dan perjuangan *halah*

Hal yang mau gue ceritain disini adalah hentah kenapa di semester dua ini gue merasa lebih banyak cobaan dan penderitaan hahaha.
Dari sisi akademis
Saya enggak bisa bohong kalau saya merasa menderita di semester dua kemarin, padahal saya (merasa agak) lebih rajin belajar daripada semester satu, terutama dalam memperbaiki nilai kalkulus saya yang hancur di semester satu, apalagi bobot kalkulus itu 4 SKS, artinya dia mmeberi andil banyak buat nasib IP saya, saya banyak tanya ke orang-orang yang dapat A di kalkulus, kemudian menerapkannya ke cara belajar saya, waktu UTS 1 saya merasa bisa, jauh lebih bisa daripada UTS saya di semester satu. Nyatanya ketika nilai dibagikan. Worse. Parah banget. Mengerikan. Dan mengejarnya di UTS 2 adalah hal yang jadi beban lebih buat saya, intinya udah hopeless banget.

Kimia, entah kenapa padahal di semester 1, ini adalah pelajaran kesukaan saya, di semester 2, tepatnya di UTS 1 juga, ketika nilai UTS dibagikan, lagi-lagi worse, nilai terburuk saya untuk pelajaran kimia di ITB. Tambah hopeless? Iya. Banget.

Fisika, entah kenapa tugas RBL saya banyak bermasalah, senter kocok yang dibuat kelompok kami, bisa dibilang agak gagal, karena pada awalnya gagal menyala, kurang rapi, kurang tepat waktu, dan lain-lain. Tambah depresi? Banget.

PRI, entahlah buat pelajaran yang satu ini, tugas besarnya memang menyenangkan, tapi ada satu dan lain hal yang membuat saya banyak memetik pelajaran tentang sifat masing-masing orang, dan belajar gimana menghadapinya.

Intinya menjelang UTS 2 dan pengumuman ujian re-evaluasi saya stress, di pikiran saya adalah, saya takut mengulang TPB, bukan masalah malu atau apa, saya malas belajar lagi pelajaran TPB itu. Saya juga mulai memikirkan IP saya, apa jadinya kalau IP saya tidak cukup untuk kelulusan TPB?
Saya banyak merepotkan teman-teman saya dan orangtua saya, enggak berhenti mengeluh juga. Pokoknya rasanya saat itu, makan tidur enggak tenang, perasaan deg-degan sepanjang hari.


Sampai akhirnya pengumuman IP...

Alhamdulillah hal yang saya takutkan enggak kejadian, IP saya meningkat, walaupun enggak banyak meningkat, tapi saya sangat bersyukur, saya lulus TPB. satu hal yang saya ingat saat ini, waktu saya stress saya banyak mendukung dan didukung teman-teman (yang sama-sama pusing), dan orangtua. Banyak berdoa. Dan satu lagi, saya menulis di meja belajar saya, tentang target saya di sisa TPB ini, karena saya percaya Tuhan pasti akan memeluk mimpi saya, saat ini saya sedang menulis ini sambil liburan (dan diklat calon panitia OSKM), dan masa-masa mengerikan itu bisa saya lewati.

Jika anak muda punya target yang hebat dan baik, bagaimana mungkin Tuhan tega tak menurunkan bantuan-Nya? Jangan pernah takut menarget hal yang muluk. Karena pertolongan Tuhan pasti akan  hadir.

Selamat menetapkan target! Selamat liburan teman-teman!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar